Selasa, 05 Juli 2011

Kerendahan Hati Sebagai Murid Kristus


Pendahuluan
Khotbah kali ini adalah salah satu contoh dalam menempatkan otoritas Kristus dalam kehidupan orang percaya, yaitu dengan hidup dalam kerendahan hati sebagai murid Kristus. Kerendahan hati untuk dibentuk dan diajar hingga semakin serupa dengan Kristus. Sesuai dengan kehendak-Nya sehingga pada akhirnya dipakai menjadi salah satu alat-Nya di dalam dunia ini.

Kita pada hari ini kembali melanjutkan khotbah seri tokoh Alkitab Perjanjian Lama, yang dikenal dengan kerendahan hatinya, yaitu Musa. Ketika sedang memikirkan apa yang bisa saya khotbahkan kembali dari tokoh Musa, setelah satu tahun yang lalu kita secara bergantian mengkhotbahkan dari Kitab Keluaran (dari tk. 4-skripsi sampai M. Div tk. 2); kemudian ditambah lagi ketika awal semester lalu Pak Adrie mengkhotbahkan tema kelemahlembutan dalam pribadi Musa. Saya berpikir wah apalagi nih yang saya bisa angkat dari tokoh ini. Jangan-jangan saya malah melakukan Eisegese-memasukkan pikiran saya ke dalam nats khotbah saya.

Namun saya bersyukur, Tuhan boleh membantu saya melalui Roh Kudus untuk melihat bahwa ada sisi lain dari Musa, yaitu kerendahan hatinya, dalam arti mau belajar dibentuk Allah. Mau belajar untuk keluar meninggalkan kenyamanannya sebagai seorang pangeran Mesir-calon Firaun (raja Mesir). Karena menurut beberapa penafsiran Firaun pada waktu itu tidak mempunyai anak laki-laki, hanya seorang puteri, dan Musa adalah anak angkat dari puteri tersebut.

Kenyamanan yang sedang saya gumuli adalah soal berpuasa. Saya belajar untuk bisa berpuasa (skip makan siang sampai buka makan malam). Saya belajar untuk menjalankannya dengan konsep / motivasi yang benar.

Dalam Buku Spiritual Disiplin “Simplicity and Fasting” by Jan Johnson, menyatakan bahwa Berpuasa adalah salah satu disiplin rohani dalam menyangkal diri. Mengalahkan kenyamanan diri kita-kenikmatan yang berfokus kepada kita, dengan kembali berfokus kepada Allah. Berpuasa juga menyingkapkan akan sikap kita yang terburuk yang akan terjadi bila kita lapar, menghadapi godaan dalam kesepian, ketika kelelahan-amarah. Berpuasa menyingkapkan hal2 yang menguasai kita, bagian dari diri kita yang ingin kita singkirkan. Berpuasa bisa juga dengan berlatih menyangkal diri dengan berpantang dari orang2 (menyendiri), berpantang dari berbicara (diam), berpantang dari berbelanja (menghemat), berpantang dari menghabiskan waktu degan sesuatu seperti media (TV-radio-HP). Atau mungkin berpantang dari makanan olahan dalam kemasan yang diproses untuk bertahan dalam waktu lama, malas berolahraga / sebaliknya, menjauhkan diri dari kehidupan dengan jadwal keja yang super padat.

Pada intinya kenyamanan adalah sebuah perasaan yang menyenangkan diri kita-ego kita. Inilah yang coba akan kita sama-sama belajar dari Musa. Kenyamanan yang harus ia lepaskan hingga akhirnya ia pun masuk ke dalam pembentukan Allah di padang gurun-sekolah di Midian.

Latar Belakang

Kita tahu bahwa kehidupan Musa dibagi dalam 3 masa:
Pada awal kelahirannya ditandai dengan marabahaya yang mengancam keselamatan bayi Musa, namun beruntung ia hidup. Beruntung karena ia diadopsi menjadi puteri Firaun bahkan diasuh sendiri oleh ibunya selama 3-4 tahun. Namun kita percaya, ini bukan kebetulan / keberuntungan melainkan ada penyertaan-pemeliharaan Allah.
1. Fase 40 tahun pertama, (menurut Charles Swindoll) Musa hidup dengan berpikir bahwa ia adalah seorang yang penting di Mesir.
2. Fase 40 tahun kedua, ia belajar bahwa ia adalah seorang yang tidak berarti-tidak terkenal di padang gurun.
3. Fase 40 tahun terakhirnya, ia akhirnya belajar untuk menemukan apa yang Allah bisa lakukan terhadap seorang yang tidak berarti- yaitu dengan memakainya menjadi alat Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dari Mesir dan memimpinnya untuk bertemu Tuhan di Gunung Sinai, serta mempersiapkan pemimpin Yosua untuk melanjutkan tugas hingga masuk ke tanah Kanaan.

Isi

Kita akan buka fase diantara yang pertama dan kedua, kita buka Kel. 2:10-22.
1. Fase kenyamanan di istana, yang akhirnya harus dilepaskan
Musa disiapkan untuk menjadi pangeran (calon raja) oleh puteri Firaun-menyimpan di dalam hatinya suatu hasrat, suatu hari nanti, untuk menjadikan Musa pewaris takhta raja atas seluruh Mesir. Fasilitasnya yang nomor satu.
Hidupnya berubah setelah kira-kira menurut beberapa penafsiran umur 4 tahun, ia dikembalikan ke Mesir. Umur masa kelas kecil (Balita). Dulu hidup seperti dalam kesederhanaan berubah 100 % menjadi kaya raya.
Kis 7 (Stefanus) Ay. 22: selama 40 tahun Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya->protokol, gaya hidup dan budaya kehidupan Mesir (ilmu alam, pengobatan, astronomi, kimia, teologia-dewa, filosofi, dan hukum; militer; seni; literatur). Sejarahwan: Musa umur 30 tahun, sudah memimpin bala tentara Mesir, untuk memenangkan tentara Ethiopia. Namun hal itu berubah ketika ia telah dewasa (ay. 11)
Kata keluar di sini unik, karena muncul 2 kali dalam bagian ini (ay 11 & 13).

2. Ay. 11 Musa (mau untuk) keluar mendapatkan saudara2nya untuk melihat mereka kerja paksa
“keluar” : sesuatu kondisi yang berubah, dalam bentuk tempat dan kondisi, co keluar dari dalam keluar.
Konteks Musa keluar dari istana Mesir ke tempat saudara2nya (orang sebangsanya). Kis 7:23 ada keinginan dalam hatinya.

Kembali ke Kel 2:10 pada waktu masa prasekolah, ia diasuh oleh ibunya. Umur 3-4 tahun cukup untuk sang ibu Yokhebed mengajarkan tradisi orang Ibrani-Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Cerita tentang nenek moyang dan asal usul dari Musa.
Hal inilah yang menggerakkan Musa untuk keluar. Ia keluar dengan sadar bahwa ia adalah orang Ibrani, tidak hanya mendapatkan saudara2nya, tapi juga melihat kerja paksa mereka (tidak hanya untuk sekedar observasi tapi juga ada perasaan prihatin-terharu / kasihan).

Terlebih lagi peristiwa orang Mesir memukul orang seorang Ibrani. Musa prihatin dan peduli dengan nasib orang2 sesama bangsanya yang ditindas dengan kerja paksa. Ada sesuatu yang memotivasinya, hingga ia juga langsung bertindak - action.
Ketika ada orang Ibrani yang dipukul. Ia dengan sembunyi-sembunyi (menoleh kesana-kesini dan ketika tidak ada orang) dibunuhnya orang Mesir itu dan disembunyikan mayatnya. Ia tidak tahan terhadap adanya ketidakbenaran dan ketidakadilan, apalagi Ia pun juga adalah orang Ibrani.

Ada kedekatan emosional, orang yang dianiaya = sebangsanya = dirinya = berarti dia pun juga sama-sama merasakannya.Tapi aksinya di sini yang padahal tujuannya untuk membela bangsanya, ternyata ditolak oleh bangsanya sendiri. Aksinya ini pun bersumber kepada diri sendiri, Allah tidak diikutsertakan. Terlihat dengan menyembunyikan pembunuhan tersebut.

Lagi-lagi ia keluar keesokan harinya (ay. 13) untuk melihat keadaan mereka. Sampai akhirnya melihat ada 2 orang Ibrani yang berkelahi, dan salah satunya menolak tindakan Musa yang seakan2 sebagai pemimpin dan hakim atas bangsa Ibrani. Bahkan menuduh Musa mau membunuhnya, sama seperti orang Mesir. Salah satu alasannya adalah karena ia adalah pangeran Mesir.

Hal yang terjadi di sini adalah masalah actionnya yang salah…yang tidak menyertakan campur tangan Allah. Boleh dibilang terlalu asertif-bahkan sampai membunuh karena Ia boleh dibilang sudah terdistorsi dengan latar belakang dia sebagai putra Mesir. Dianggapnya dia yang memegang kuasa, dia langsung bisa menghakimi orang lain bahkan menghukumnya. Namun ia pun juga memiliki perasaan takut ketika melakukan itu (ia membunuhnya ketika dilihatnya tidak ada orang dan menyembunyikannya di dalam pasir), tapi ia lupa takut akan Tuhan yang ia dulu pernah ingat dan Tuhan melihat kejadian itu.

Ini cara Musa-manusia, bukan Allah. Ini bukan cara Allah untuk membebaskan Israel.

Sampai akhirnya ia melarikan diri karena takut akan dibunuh oleh Firaun. Firaun kemungkinan ingin membunuhnya karena menyadari bahwa pangeran ini tidak menunjukkan kesetiaannya sebagai orang Mesir dan seakan2 tidak terkendali.
Seakan2 larinya Musa adalah sebuah keterpaksaan, namun kita percaya di balik semua ini ada maksud Tuhan pada diri Musa, ini terbukti ketika ia sampai di tanah Midian ( daerah dekat G. Sinai, orang-orangnya diperkirakan keturunan Abraham dari salah satu gundiknya yang bernama Ketura).

3. Allah memimpin dan memelihara Musa, selamat sampai di Midian
Ia masuk dalam Pemeliharaan dan pembentukan Allah yaitu ke dalam sekolah “gembala-calon pemimpin” yang nampak dari babak kedua kehidupan Musa di padang gurun. Padang gurun merupakan sekolah terbaik dari Allah, tempat tempaan Allah yang paling jitu dari Allah terhadap Musa, untuk mempersiapkannya. Tujuan sekolah pembentukan di padang gurun, adalah bukan sebagai tempat Allah mengenal kita

A. sekarang Allah yang memimpin Musa, bukan lagi dengan kemampuannya sendiri / egonya. Melalui perseteruannya dengan para gembala yang menganggu ketujuh gadis di Median. Allah yang sekarang mengijinkan Musa membela kebenaran dan keadilan di Midian. Ia juga melindungi ketujuh gadis itu. Memimpin Musa ketemu dengan calon istrinya dan mertuanya (tempat tinggal sementara)

B. kita diajar untuk mengenali diri kita sendiri. Merendahkan hati kita. menunjukkan kekuatan dan kelemahan kita. Keadaan Musa yang seakan-akan memalukan untuk menjadi seorang Putra Mesir yang berubah menjadi seorang gembala domba mertuanya. Bersedia tinggal di rumah Yitro, karena ga tau lagi mau kemana.
Anda mentoleransi ketidakenakan dan bertahan dengan situasi ini, belajar menerima sejumlah keadaan yang tidak pernah kita bayangkan akan menjadi bagian di dalam hidup anda.

C. Ada waktu yang harus dikurbankan dalam pendidikan Allah, tidak ada yang instan. Waktunya sesuai dengan kehendak Allah-Musa 40 tahun di padang gurun. Belajar untuk diam-menunggu, sampai saatnya ketemu dengan Allah di semak duri yang menyala, tapi tidak terbakar, sampai berangkat kembali ke Mesir.

D. Pendidikan Allah yang tidak nyaman menurut kehendak kita, tapi dari sisi Allah itu akan sesuai dengan rencana-Nya. Terkadang sakit. Bahkan rela untuk tidak dikenal. Diajar untuk bersikap seperti hamba. Allah mendidik kita dengan menerobos sampai ke bagian yang tersembunyi.
Terkadang kita merasa tidak membutuhkannya, terkadang kita lelah akan hal-hal itu. Tapi maukah pada akhirnya kita akan dengan penuh ucapan syukur kita mau menerimanya.

E. Kel 2:22 Gersom =aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing. Mengingatkan Musa
Pendatang = seseorang yang tinggal di antara orang2 yang tidak memiliki hubungan darah (asing), seharusnya tidak terjamin hidupnya karena tidak kenal siapa2.
Tapi ada pengharapan bahwa Allah akan menyertai-memimpin dan menolong Musa. Ini terbukti dengan sikap yang ditunjukkan oleh Yitro yang bersikap baik, bahkan menjadi mertuanya.

Dari sini, Musa kembali diajar Allah untuk merasakan hidup sebagai pendatang di negeri yang asing, sebelum akhirnya ia akan menjadi pembebas orang Israel dari negeri asing dan akan berjalan menuju ke Tanah Kanaan yang asing. Selain itu juga bagaimana harus bersikap sebagai bangsa yang menerima pendatang dari bangsa lain. Di tengah perjalanan mereka pun akan menghadapi bangsa2 asing yang tinggal di sekitar mereka.
Musa akan menjadi gembala dari domba2 Israel, yang bertugas untuk memimpin keluar dari Israel, memimpin untuk bertemu dengan Allah, serta juga melindungi dari musuh2 asing.

Aplikasi
1. Bagaimana dengan kenyamanan2 kita, apakah kita memilih untuk tetap membawa dan menikmati ketika kita sudah berada di sini, dalam jalan panggilan Tuhan?
Termasuk kenyamanan di kampus ini, seperti Wifi, fasilitas asrama yang setaraf dengan hotel, makanan, perpust. buku yang lengkap. Seringkali hal ini lah yang membebani kita bukan, ketika kita pergi pelayanan? Termasuk saya.
Termasuk kenyamanan dalam hal sikap karakter kita. Keangkuhan kita mungkin, ingin terus dilayani. Bahkan kebiasaan2 dosa kita pun masih kita bawa. Terlebih lagi ketika kita akan masuk ke ladang pelayanan 2 bulan dan 1 tahun.
Kita lebih khawatir untuk melepaskannya. Kita malah terkesan mengeluh, seakan2 tidak memiliki iman. Kita kurang percaya kepada Tuhan, pimpinan dan pemeliharaan-Nya terhadap anak-anak2-Nya.
Ibrani 12:1 mengajak kita untuk menanggalkan beban dan dosa yang begitu merintangi kita. Saksinya adalah Musa. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Tuhan.

2. Maukah kita belajar rendah hati / humble seperti Musa yang dididik Tuhan di padang gurun Median. Ia belajar dari awal untuk percaya dan taat akan pimpinan Tuhan-otoritas Tuhan dalam hidupnya. Ilustrasi cuci kaki=belajar untuk merendahkan hati seperti Tuhan Yesus mengasihi murid2Nya.
Sekolah padang gurun Median kita adalah di sini, di STT ini dan ketika kita praktek pelayanan. Karena semuanya akan membentuk dan memperlengkapi kita sebelum kita keluar, keluar menuju ke ladang pelayanan. Menjadi seorang gembala dari domba2 Kristus-orang percaya, entah itu di sekolah, lembaga misi, gereja, STT, di mana saja Tuhan mau menempatkan kita.
Hebrews 11:24-27 24 Karena beriman, maka Musa sesudah besar, tidak mau disebut anak dari putri raja Mesir->menolak / menyangkali sebagai anak dari putri Firaun. 25 Ia lebih suka menderita bersama-sama dengan umat Allah daripada untuk sementara waktu menikmati kesenangan dari hidup yang berdosa. 26 Musa merasa bahwa jauh lebih berharga untuk mendapat penghinaan demi Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah itu daripada mendapat segala harta negeri Mesir, sebab Musa mengharapkan upah di hari kemudian. 27 Karena beriman, maka Musa meninggalkan Mesir tanpa merasa takut terhadap kemarahan raja. Musa maju menuju tujuannya seolah-olah ia sudah melihat Allah yang tidak kelihatan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar