(Ini adalah tulisan refleksi dan renungan untuk rekreasi Pemuda GMI Imanuel)
Pentingnya persahabatan,
pertemanan, dan komunitas ternyata juga disadari oleh dunia. Salah satunya
seperti yang ditulis oleh seorang tokoh kaisar Romawi, yaitu Cicero. Ia juga
terkenal sebagai seorang pemikir besar, juga memiliki keahlian berpidato,
pengacara, politisi, ahli bahasa dan penulis. Tulisan kutipannya yang terkenal
mengenai pertemanan: “friendship improves
happiness and abates misery, by the doubling of our joy and the dividing of our
grief” (Pertemanan memperbaiki kebahagiaan dan meredakan-mengurangi
kesengsaraan, dengan cara menggandakan rasa sukacita kita dan membagi kesedihan
[duka, luka] kita). Inilah yang dinamakan keuntungan yang ganda, menambah
sukacita dan mengurangi beban kehidupan kita. Teman dan sahabat berfungsi
sebagai seseorang sahabat yang dipercayai, penasehat dan orang yang bisa
membagi beban hidup.
Hal
ini menunjukan betapa pentingnya persahabatan dan komunitas (baik sesama orang
percaya maupun dengan yang belum percaya), namun tentunya memiliki dasar
pemahaman yang berbeda bagi setiap orang percaya. Bagi orang Kristen, makna
persahabatan dan komunitas tidak bisa dilepaskan dari kasih Allah kepada
manusia melalui karya keselamatan Yesus Kristus.
Dalam
buku Life Together, Dietrich
Bonhoeffer merefleksikan arti dari komunitas Kristen, yaitu “Christianity means community through Jesus
Christ and in Jesus Christ…we belong to one another only through and in Jesus Christ
(p. 21). Secara eksplisit berarti bahwa
seorang Kristen memerlukan sesamanya orang percaya hanya di dalam Yesus
Kristus; dan bahwa kita sudah dipilih dari kekekalan, menerima pada waktunya,
dan dipersatukan untuk kekekalan hanya melalui Yesus Kristus.
Ada konsep kesatuan dalam pendefinisian arti komunitas
Kristen di sini. Inilah yang seharusnya menjadi pondasi yang kokoh yang boleh
dibangun menjadi komunitas pemuda-pemudi Kristen yang sehat, yang bertumbuh dan
saling mengasihi di dalam dasar kasih Kristus.
Dasar persekutuan, komunitas maupun persahabatan kita
adalah kasih Kristus. Dalam Yesus
dan firman-Nya kita menemukan definisi dan motivasi kasih yang benar. Kita
tidak mengasihi orang lain karena adanya keharusan, atau karena rasa takut
sendirian. Kita juga tidak secara otomatis memiliki kasih dalam diri kita untuk
mengasihi orang-orang yang tidak kita kasihi. Kita mengasihi karena kita telah
dikasihi oleh Allah terlebih dahulu (Yoh. 3:16; 1 Yoh).
Kita memberikan kasih sebagai respon dari kasih yang telah kita terima. Sadar bahwa kasih kita
begitu terbatas, begitu dangkal, mudah berakhir pada waktu kita tidak dinilai
atau diberlakukan dengan cara yang tidak kita inginkan seharusnya membuat kita
bergantung total pada anugerah kasih Kristus.
Hidup
manusia sebagai ciptaan memang direncanakan Tuhan Sang Pencipta, untuk tidak
hanya memiliki suatu relasi dengan Dia saja tetapi juga berelasi dengan
sesamanya manusia. Suatu relasi dengan sesama manusia yang ditunjukan melalui
adanya suatu komunitas-komunitas yang hadir di dalam seluruh kehidupan manusia,
yang biasanya tidak disadari (keluarga, sekolah, kuliah, gereja, kantor dll).
Berarti hidup kita bukan untuk isolasi diri sendiri, melainkan hidup di dalam
komunitas.
Peran
kita sebagai orang Kristen tidak hanya berperan di dalam komunitas orang
percaya, namun juga di dalam komunitas yang terdiri dari orang-orang belum
percaya.
Ada tiga peran kita sebagai orang percaya, yang harus kita jalani di dalam hidup berkomunitas. Berkomunitas baik di dalam komunitas orang percaya maupun komunitas orang tidak percaya.
1. Hidup dalam komunitas orang percaya yang bersatu
(Yoh 17).
Kita
terlebih dahulu harus memahami komunitas yang bersatu di dalam (kasih) Tuhan.
Hal ini seperti yang telah Tuhan Yesus lakukan, berdoa supaya kita menjadi satu
sama seperti Bapa dan Dia adalah satu. (unity
in diversity). Komunitas yang tidak membeda-bedakan satu sama lain,
walaupun berbeda.
Fokusnya
adalah harus sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan,
dengan tidak mencari kepeningan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain leboh utama dari pada
dirinya sendiri. Hendaklah dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Fil. 2:2-5). Co: Yesus dan
murid-muridNya; Paulus dan rekan-rekan sekerjanya (Timotius, Tikhikus,
Onesimus, Epafras, Lukas, Aristarkhus-Markus-Yesus/Yustus 1 Tes 4:10-14)
2. Hidup dalam komunitas yang saling berbagi, menolong, memberi (Pengkh
4:9-12) dan saling membentuk (Ams.
27:17 besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya)
Konteks
di Pengkotbah adalah ketika seseorang sedang melakukan perjalanan menempuh
padang gurun, yang pada waktu itu terjatuh dan masuk lubang yang merupakan
perangkap binatang.
Ayat 11 menunjukan
contoh kedua bagaimana berdua lebih baik, ketika sedang dalam keadaan tidur.
Kehangatan yang dikeluarkan melalui tubuh temannya dapat menghangatkan kedinginan
yang sedang dialami.
Ayat 12 menunjukkan
adanya kekuatan ketika berada dalam kondisi berdua daripada sendirian. Kekuatan
dalam hal jumlah, ketika seseorang sedang mengalami suatu krisis atau masalah. Akan
lebih mudah diselesaikan ketika terjadi solidaritas (perhatian) dari adanya
teman yang membantu.
Co: Musa dan keempat
rekannya di dalam peperangan Amalekh. Joshua memimpin perang, Harun dan Hur
membantu menopang tangan Musa yang sedang diangkat (Kel 17:8-16); kerinduan
Yesus sebagai manusia ia butuh dukungan doa dari murid-murid-Nya di taman
Getsemani.
3. Hidup yang menjadi terang dan berkat di dalam komunitas orang tidak
percaya.
Dalam seluruh aspek kehidupan kita menyatakan dan
memuliakan nama Allah. Inilah perwujudan integritas kita sebagai anak Tuhan.
Co: kehidupan Yusuf, Daniel.
Dalam ketiga poin diatas, perhatikan kata "hidup" yang digunakan. Kata ini bukan tanpa maksud saya gunakan. Kata hidup sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam di dalam kehidupan umat percaya.
Coba perhatikan penggunannya di dalam beberapa surat Paulus. Kata ini digunakan untuk mewakili kondisi keadaan hidup orang percaya. Tidak lagi hidup dalam keberdosaan, melainkan sudah berada dalam kondisi mati akan dosa dan kehidupan duniawi bersama kematian Kristus; lalu dibangkitkan dan hidup berkemenangan atas iblis, maut dan dosa. Jadi pada akhirnya inilah kehidupan orang percaya yang harus hidup, menghidupi hidupnya sebagai umat percaya, pengikut Kristus.
Hidup di dalam takut akan Tuhan, berkenan bagi Tuhan di dalam semua aspek kehidupan. Tidak hanya memberi hidup bagi Tuhan, namun yang setara dengan itu adalah memberi hidup di dalam komunitas kita masing-masing, dimanapun dan kapanpun. Hidup yang memberikan warna, kesaksian bagi kemuliaan nama Tuhan di dalam komunitas kita.
Perhatikan kitab Pengkotbah dalam seluruh inti kitab itu, yaitu di pasal 12 ayat 13, "(hidup) takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya". Artinya jikalau hidup dalam berkomunitas pun (berdua lebih baik dari sendiri) harus memiliki dasar dan tujuan yaitu hidup berkomunitas di dalam Tuhan, kepada (untuk) Tuhan dan bagi Tuhan.
Hidup dalam komunitas ini, janganlah langsung membatasi diri kita untuk melakukan yang besar yang tidak sanggup kita lakukan.....lakukanlah apa yang telah Tuhan berikan yang kita sanggup untuk kita lakukan, karena masing-masing kita diberikan sesuai dengan kemampuan kita yang berbeda-beda. It's better not to do everything, but it's better to do something. Do your best in community for God and God still and will do the rest.
Selamat hidup dalam kebersamaan dan komunitas, baik diantara orang percaya maupun diantara orang belum percaya.