Kamis, 02 Maret 2017

Tuhan berbicara melalui Pujian

TUHAN BERBICARA MELALUI PUJIAN (DI IBADAH KEBAKTIAN UMUM)

Inilah Dunia Bapa (This is My Fathers World)
This is my Fathers world,
and to my listening ears
All nature sings, and round me rings
the music of the spheres.
This is my Fathers world:
I rest me in the thought
Of rocks and trees, of skies and seas;
His hand the wonders wrought.

This is my Fathers world,
the birds their carols raise,
The morning light, the lily white,
declare their Makers praise.
This is my Fathers world:
He shines in all thats fair;
In the rustling grass I hear Him pass;
He speaks to me everywhere.

This is my Fathers world.
O let me not forget
That though the wrong seems oft so strong, God is the ruler yet.
This is my Fathers world:
the battle is not done:
Jesus Who died shall be satisfied,
And earth and Heavn be one.

(tambahan teks versi LifeWayWorship & TommyWalkerDotNet
I have a Father, He is My Father
He reigns in power and in love
I have a Father, my glorious Father
Creator, Master, King my God


Hari Minggu lalu, pujian KPPK 64 "Inilah Dunia Bapa (This is My father's World) dinyanyikan di dalam sebuah ibadah sebuah gereja. Jujur, saat itu saya menyanyikan biasa saja, tanpa perasaan apa-apa. Saat itu, saya tidak merasa Tuhan berbicara melalui lagu ini (mungkin karena kurang fokus saat itu); namun akhirnya saya mencatat nomor kppknya karena tertarik untuk mencoba memainkannya di rumah nanti.

Nah, ketika saya ingin memainkannya saat di rumah, saya juga menonton contoh permainan lagu ini di salah satu channel favorit Youtube saya untuk lagu-lagu Hymne (LifeWayWorship & TommyWalkerDotNet), barulah saya mulai fokus memperhatikan kata-kata teksnya dan mulai merenungkannya secara pribadi.

Perlu diketahui terlebih dahulu, sebelum menafsirkan lagu ini, kita juga harus melihat konteks lagu ini melalui mencari informasi siapa pengarangnya, apa background lagu ini.

Lagu ini ditulis oleh Maltbie D. Babcock, seorang pelayan Tuhan dan pendeta dari kaum Presbiterian Amerika, yang terkenal saat itu. Selain itu, ia juga adalah seorang pemusik yang sering tampil memainkan beberapa alat musiknya seperti organ, piano dan biola. Dia juga adalah seorang atlit yang sangat menikmati aktifitas olahraga seperti berenang, basket dan khususnya olahraga outdoor terutama jalan di pagi hari (subuh). Di situlah, ia selalu berjumpa dengan alam pagi hari, matahari, langit, sungai, kicauan birung bernyanyi, bunga lili putih, batu, pohon.

Melalui latar belakangnya sebagai seorang pendeta, talenta dan hobi olahraganya inilah, Babcock menuliskan pujian ini. Ini dapat dilihat di dalam beberapa teksnya ketika ia menuliskan beberapa frasa yang berkaitan antara Allah, alam dan musik pujian seperti: “langit bumi yang memuji; bintang menggema; “Terang fajar bunga mekar menyatakan ciptaanNya; Pohon bunga langit laut menyatakan kuasanya”. Semua ini tercatat di dalam teks bahasa Indonesia di Kppk.

Bahkan di dalam Kppk dan buku Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for daily Devotion mencantumkan beberapa ayat yang juga menggambarkan bagaimana Allah berbicara melalui alam ciptaanNya, yaitu di dalam Mazmur nomor 33:5 “Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN. dan nomor 65:10-14
Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya; Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya.  11 (65-12) Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak;  12 (65-13) tanah-tanah padang gurun menitik, bukit-bukit berikatpinggangkan sorak-sorai;  13 (65-14) padang-padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba, lembah-lembah berselimutkan gandum, semuanya bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi.


Lalu, bagaimana Tuhan berbicara kepada pribadi saya melalui pujian ini ?
1. Saya bersyukur, kembali diingatkan bahwa saya hidup tetap di dalam pemeliharaan, pengawasan dan penyertaan Tuhan.
Saya diingatkan, saya hidup di dalam dunia Bapa, Tuhan yang Maha Kuasa, yang Maha hadir di tengah-tengah dunia ini. Jika alam saja menyatakan bahwa mereka adalah kepunyaan Tuhan dengan menunjukkan diri mereka yang selalu memuji Tuhan, lalu mengapa saya merasa takut dan kuatir akan hidup dan masa depan saya. Bahkan Tuhan menunjukkan kehadiran dan kuasa-Nya di tengah-tengah alam itu. Lalu, mengapa saya masih merasa takut, tidak tenang dan tidak percaya sepenuhnya kepada-Nya.

Frasa bait pertama yang mengingatkan, versi Indonesia:
        Langit bumi memuji Dia,
        bintang pun menggema
Inilah dunia Bapa, hatiku tenanglah,
Pohon bunga langit dan laut
        Nyatakan kuasa-Nya.

Versi Inggris
“I rest me in the thought
Of rocks and trees, of skies and seas;
His hand the wonders wrought.

2. Apa respon saya setelah itu ? Saya bersyukur kepada Tuhan, memuji nama-Nya, hati menjadi tenang dan kembali diingatkan untuk terus percaya dan berharap kepada-Nya dalam menghadapi pergumulan hidup, karena ini adalah dunia Bapa. Terus hidup berkarya untuk memuliakan nama Tuhan dalam setiap panggilan hidup kita masing-masing.

Frasa di bait ketiga yang mengingatkan, versi Indonesia:
        Inilah dunia Bapa
Hatiku tak susahlah
        Umat semua memuji Dia
        Nyatalah takhta-Nya

Versi Inggris:
O let me not forget
That though the wrong seems oft so strong,
God is the ruler yet.
This is my Fathers world:
the battle is not done:
Jesus Who died shall be satisfied,
And earth and Heavn be one.

3. Ingatlah bahwa Tuhan bisa memakai segala hal untuk berbicara kepada kita, selain pastinya melalui Firman-Nya. Bisa melalui alam semesta, pujian, bacaan buku rohani, film hingga peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, entah yang baik maupun yang buruk (bandingkan dengan kisah Ayub, Yesaya dan seluruh tokoh di Alkitab). Atau mungkin ketika kita sedang mengalami pergumulan berat, penderitaan, penganiayaan hingga bencana kecelakaan sekalipun. Ingatlah bahwa: Dia hadir di sana, Dia memegang hidup kita, Dia menyertai kita, Dia bersama kita karena kita adalah anak-anakNya dan dunia ini adalah dunia Bapa.
Frasa di bait kedua: He speaks to me everywhere.

Kiranya blog kali ini menjadi berkat untuk setiap kita. Tuhan selalu memberkati kita & selalu menyertai bersama kita sampai selamanya.


              I have a Father, He is My Father
               He reigns in power and in love
           I have a Father, my glorious Father
                Creator, Master, King my God.

Kamis, 29 November 2012

How to Glorify God at Work


 
Shalom, 
sy ingin membagi berkat (silakan di-share kembali jika itu menjadi berkat dan jangan lupa rujukan footnotenya dari artikel John Piper) melalui artikel dari Pdt. John Piper yang saya download dari homepagenya:




by John Piper | September 6, 2011
  



Just home from two weeks in Australia, I am brimming with thankfulness to God for his people there, and for the pleasures of working with them in Brisbane and Sydney and in the mountains of Katoomba.

One of the conferences was called Engage. It was focused on “young workers,” which, in their lingo, means young professionals in the workplace. I was asked in an interview if I thought this focus was a good idea. I said yes, because of 1 Corinthians 10:31, “Whether you eat or drink, or whatever you do, do all to the glory of God.”

So they asked: How can young workers glorify God at work? Here’s the gist of my answer.

Dependence. Go to work utterly dependent on God (Proverbs 3:5-6; John 15:5). Without him you can’t breathe, move, think, feel, or talk. Not to mention be spiritually influential. Get up in the morning and let God know your desperation for him. Pray for help.

Integrity. Be absolutely and meticulously honest and trustworthy on the job. Be on time. Give a full day’s work. “Thou shalt not steal.” More people rob their employers by being slackers than by filching the petty cash.

Skill. Get good at what you do. God has given you not only the grace of integrity but the gift of skills. Treasure that gift and be a good steward of those skills. This growth in skill is built on dependence and integrity.

Corporate shaping. As you have influence and opportunity, shape the ethos of the workplace so that the structures and policies and expectations and aims move toward accordance with Christ. For example, someone is shaping the ethos of Chick-fil-A restaurants with this video.

Impact. Aim to help your company have an impact that is life-enhancing without being soul-destroying. Some industries have an impact that is destructive (e.g., porn, gambling, abortion, marketing scams, etc). But many can be helped to turn toward impact that is life-giving without being soul-ruining. As you have opportunity, work toward that.

Communication. Work places are webs of relationships. Relationships are possible through communication. Weave your Christian worldview into the normal communications of life. Don’t hide your light under a basket. Put it on the stand. Winsomely. Naturally. Joyfully. Let those who love their salvation say continually, Great is the Lord! (Psalm 40:16)

Love. Serve others. Be the one who volunteers first to go get the pizza. To drive the van. To organize the picnic. Take an interest in others at work. Be known as the one who cares not just about the light-hearted weekend tales, but the burdens of heavy and painful Monday mornings. Love your workmates, and point them to the great Burden Bearer.

Money. Work is where you make (and spend) money. It is all God’s, not yours. You are a trustee. Turn your earning into the overflow of generosity in how you steward God’s money. Don’t work to earn to have. Work to earn to have to give and to invest in Christ-exalting ventures. Make your money speak of Christ as your supreme Treasure.

Thanks. Always give thanks to God for life and health and work and Jesus. Be a thankful person at work. Don’t be among the complainers. Let your thankfulness to God overflow in a humble spirit of gratitude to others. Be known as the hope-filled, humble, thankful one at work.

There are more things to say about glorifying God in the workplace. But this is a start. Add to the list as God gives you light. The point is: Whatever you do, whether you eat or drink or work, do all to make God look as great as he really is.

Kamis, 19 April 2012

You are my all in all



You are my strength when i am weak
You are the treasure that i seek
You are my all in all

Seeking You as a precious jewel
Lord to give up i’d be a fool
You are my all in all

Reff
Jesus lamb of god, worthy is Your name
Jesus lamb of god, worthy is Your name

Taking my sin, my cross my shame
Rising again i bless Your name
You are my all in all

When i fall down, You pick me up
When i am dry, You fill my cup
You are my all in all

Terima kasih Tuhan, Engkau mau memilih, memanggil saya untuk diselamatkan.
Terima kasih Tuhan, karena Engkau mau memakai saya sebagai alat-Mu untuk melayani-Mu dan menjadi berkat bagi sesama.
Terima kasih Tuhan, Engkau mau selalu sabar sama saya padahal saya sering menyakiti-Mu. Engkau mau memahami, menerima saya apa adanya.
Terima kasih karena Engkau mengganggap saya berharga dan bernilai bagi mu.
Terima kasih karena Engkau mau memaafkan saya ketika terjatuh dalam dosa, tidak hanya itu bahkan Engkau melupakan (tidak memperhitungkan) kesalahan saya.
Terima kasih Engkau mau mendengar segala keluh kesah saya.
Terima kasih karena Engkau mau menopang dan menuntun saya ketika saya berada di lembah kekelaman dengan tongkat dan gadamu (masalah, pergumulan yg berat sekalipun). Memberi kekuatan ketika saya sedang membutuhkannya, entah itu melalui Roh Kudus, Firman-Mu atau bahkan melalui sesama di sekitar kehidupan saya (ortu, rekan atau sahabat).
Terima kasih karena Engkau masih mau mengingatkan, menegur saya dengan tongkat gembala-Mu.
Ajar saya terus agar saya boleh hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Itu semua adalah pembentukan-Mu yang pastinya akan berguna buat saya untuk semakin lagi serupa dengan Engkau…semakin berkenan bagi-Mu.

Terima kasih atas segalanya. You are my all in all
Terpujilah nama-Mu. Mulialah nama-Mu. Worthy is Your name.

Selasa, 03 April 2012

Jangan asal ngomong “Kepo”


Tulisan ini ditujukan untuk semua orang percaya dari seluruh golongan usia. Kata kepo pada saat ini, tidak hanya menjadi trend di kalangan para anak muda; namun juga sering dilontarkan oleh beberapa kalangan dewasa.

Namun yang menjadi perhatian saya, sebagai seorang Hamba Tuhan adalah ketika penggunaan kata “Kepo” ini yang terkadang terkesan sembarangan dan tidak sesuai dengan fungsi awalnya. Semua orang yang bertanya seakan-akan terkesan ingin tahu dan mengorek-mengorek sesuatu, tanpa melihat motivasinya sudah langsung dijudge sebagai orang kepo. Padahal mungkin dari pihak si penanya, ia tidak ada maksud ingin tahu semua keadaan orang itu (bahkan menjadi orang yang sok tahu).

Hal-hal semacam inilah yang ingin coba saya berikan berupa pertimbangan mengenai pemahaman kata kepo untuk lebih diperhatikan lagi dalam penggunaannya.


Di bawah ini, saya sajikan beberapa pendefinisian kata kepo, yang saya ambil dari internet:
Kata “Kepo” menurut kamus kitab gaul (http://kitabgaul.com/word/kepo) berasal dari kata Hokkian, yang berasal dari 2 kata yaitu ke dan po (apo). Ke artinya bertanya dan Po (Apo) artinya nenek-nenek. Artinya secara jelas adalah merujuk kepada kebiasaan orangtua (nenek dan kakek juga) yang sering bertanya ingin tahu keadaan anak atau cucunya.

Kata ini juga ditujukan kepada orang yang ingin tahu sesuatu ketika ia mendengar sesuatu, dimana ketika ia menjawab sebenarnya ia sedang tidak diajak berbicara pada saat itu. Ga minta dibantu, eh malah bantu; ga ditanya eh malah pasang gaya pingin kasih tau.

Bahkan ada yang mengistilahkannya dengan bahasa Inggris, yaitu KEPO = Knowing Every Particular Object (selalu pingin tahu dan mengetahui segala sesuatu).


Friends, dari definisi ini maka dapat kita tarik beberapa hal yang bisa menjadi suatu pertimbangan mengapa terjadi penyalahgunaan kata ini di dalam percakapan kita sehari-hari. Saya akan berikan salah satu contoh ilustrasinya.
Ada seseorang hamba Tuhan yang merasa tersinggung ketika seorang remaja (bisa juga dialami oleh seorang jemaat) mengatakan bahwa ia adalah seorang yang kepo, karena hamba Tuhan ini sering bertanya-tanya mengenai keadaan anak remaja ini.
Dari sisi anak remaja ini merasa bahwa hamba Tuhan ini sangat mengganggu privasinya, sehingga seakan-akan mengorek keadaan pribadinya. Sedangkan dari sisi hamba Tuhan ini, ia merasa bahwa ini adalah sebagian dari tugas penggembalaannya untuk mengetahui keadaan anak remajanya.

Nah, dari ilustrasi ini dapat kita tangkap permasalahannya, bukan? Mau tidak mau, kita sekarang hidup di zaman postmodern yg menekankan suatu pandangan relativisme. Suatu pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada kebenaran yang absolut, yang ada adalah kebenaran menurut penilaian pribadi (relatif-selera) masing-masing.

Inilah yang sering terjadi di beberapa kalangan yang merasa bahwa penilaiannya adalah sebuah kebenaran. Memang tidak bisa langsung menjudge sesuatu karena masing-masing case harus dilihat dari beberapa aspek.

Pemikiran seorang remaja atau jemaat yang tidak mau diperhatikan atau ditanya-tanya oleh seseorang jemaat lain atau oleh hamba Tuhannya akan memakai alasan penggunaan kata kepo ini untuk self-defense. Ia tidak mau tahu bahwa orang yang sedang bertanya ini, mungkin ada maksud yang baik. Bukankah seharusnya kita juga harus bisa memahami orang lain, dengan cara belajar melihat sesuatunya diimbangi dengan melihat dari sisi orang lain (melihat dari kacamata orang lain). Mungkin saja dari pihak si penanya, memang ingin tahu dan mengenal orang yang ditanya. Atau mungkin saja dari pihak yang ditanya, memang memiliki karakter yang agak tertutup sehingga sangat sulit untuk ditanya.

Intinya adalah apakah seseorang yang dianggap kepo (ingin tahu) memiliki motivasi yang benar, terlebih jika hal ini terjadi di dalam sebuah komunitas orang percaya. Suatu pertanyaan jika didasari atas motivasi dan tujuan yang benar seharusnya dapat disikapi dengan jawaban yang benar juga.
Bagi si penanya, tentu saja suatu pertanyaan yang diberikan, dengan motivasi yang tulus dan bertujuan untuk mengenal dan peduli, tentunya juga akan diwujudkan dengan pertanyaan yang bukan seperti mengorek-ngorek rahasia pribadi orang lain.

Jadi masing-masing pihak juga harus mendasari apa yang dilakukannya dengan tujuan yang benar. Saya bisa berikan usulan, yaitu bertujuan untuk saling membangun, membentuk dan memperhatikan sebagai satu kesatuan TUBUH KRISTUS (ingat 1 Kor 12:25, 27).

1 Korintus 12:25 supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.
1 Korintus 12:27 Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.

Jadi alangkah baiknya kalau kita sembarangan memberikan cap kepo kepada seseorang yang sedang bertanya-tanya kepada kita. Di satu sisi, ketika kita bertanya pun kita harus bertanya dengan motivasi dan tujuan yang benar dan tulus juga. Contohlah apa yang Tuhan Yesus lakukan ketika ia dengan sengaja dan mau bercakap-cakap dengan perempuan Samaria di Yohanes 4:4-30 (perhatikan latar belakang permusuhan antara orang Yahudi dan orang Samaria).

Mungkin kalau saya melihat dan merasakan dari sisi perempuan Samaria, saya juga akan mencap bahwa Yesus adalah orang yang kepo. Untuk apa Yesus sebagai orang Yahudi mengajak berbicara dirinya sebagai seorang perempuan Samaria dan bahkan melihat statusnya sebagai perempuan berdosa (ditafsirkan pekerjaannya adalah seorang perempuan berdosa, kasarnya pekerja seksual). Tidak hanya itu, bahkan Yesus menyuruh-nyuruh dirinya untuk memanggil suaminya, yang notabene kita tahu status perempuan ini adalah perempuan dengan status memiliki suami lebih dari satu.

Tapi kita tahu sama-sama bahwa akhirnya melalui perempuan Samaria ini, ternyata Yesus melakukannya dengan motivasi dan tujuan yang memuliakan Allah Bapa-Nya di Sorga. Melalui perempuan ini, tidak hanya memenangkan jiwanya (diampuni dan diselamatkan) tetapi juga bahkan mengajak orang lain untuk datang, bertemu dan mengenal Kristus. Hal inilah yang harus kita teladani dari dua pribadi ini. Dari pribadi Kristus yang mau menjangkau dan peduli dengan orang lain sambil menceritakan tentang Allah; dan pribadi perempuan Samaria yang tidak bersifat tertutup dengan pemikiran sempitnya tentang orang Yahudi maupun tentang orang lain yang mau bercakap-cakap dengan dirinya, yang seakan-akan menyinggung masalah pribadinya yang paling dalamnya.

Jika perempuan ini memandang bahwa Yesus adalah kepo, maka ia sudah terlebih dahulu menutup pintu hatinya untuk mengenal Mesias, penyelamat yang dinubuatkan itu. Jadi janganlah sembarangan kita memiliki pemikiran yang sempit tentang orang lain yang bertanya dan ingin mengenal kita lebih dalam sebagai orang yang kepo. Padahal orang itu bertanya dengan motivasi hati dan tujuan yang tulus. Yakobus pun juga mengingatkan untuk berhati-hati menggunakan lidah kita dalam berkata-kata (bandingkan perumpamaan: mulutmu adalah harimaumu).

Selamat merenungkan dan jika ada yang kurang berkenan atau tidak setuju, boleh kita saling memperlengkapi satu sama lain dengan diskusi yang membangun. Blessings.